Beranda | Artikel
Menyambut Bulan Ramadhan Dengan Ilmu
Selasa, 1 April 2014

Mengisi Bulan Ramadhan

Sebentar lagi bulan Ramadhan yang kita cintai akan tiba. Setiap muslim menyambut kedatangannya dengan penuh gembira. Bagaimana tidak? Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh kebaikan dan keberkahan. bulan Ramadhan adalah bulan di mana Alquran diturunkan. Di bulan itu setan-setan dibelenggu, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka. Di bulan itu terdapat malam malam yang lebih baik daripada seribu bulan, itulah malam Lailatul Qadr, di mana beribadah pada malam itu seperti beribadah selama seribu bulan. Di bulan itu ada doa mustajab bagi setiap muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ يَدْعُوْ بِهَا فِي رَمَضَانَ

“Setiap muslim memiliki doa mustajab yang dilakukannya di bulan Ramadhan.” (HR. Ahmad dengan sanad yang jayyid)

Beberapa persiapan dan amalan menghadapi bulan Ramadhan

¤ Bersyukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala karena telah disampaikan ke bulan Ramadhan.

¤ Meminta kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar dimudahkan dalam mengerjakan amalan yang wajib dan amalan yang sunat di bulan itu serta meminta kepada-Nya agar diterima amalan itu.

¤ Bertobat dari segala dosa dan maksiat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تُغْلَقُ أَبْوَابُ النَّارِ وَتُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ ، وَتُصَفَّدُ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ ، قَالَ : وَيُنَادِيْ فِيْهِ مَلَكٌ : يَا باَغِي الْخَيْرِ أَبْشِرْ ، وَيَا بَاغِي الشَّرِّ أَقْصِرْ ، حَتَّى يَنْقَضِيَ رَمَضَانُ

“Pintu-pintu neraka ditutup, pintu-pintu surga dibuka dan setan-setan dibelenggu dan di bulan itu ada malaikat yang menyeru, “Wahai yang menginginkan kebaikan bergembiralah. Wahai yang menginginkan keburukan berhentilah,” hingga bulan Ramadhan selesai.” (HR. Ahmad dan Nasa’i, sanadnya jayyid)

¤ Mempraktekkan adab-adab puasa dan memperbanyak amal saleh, seperti:

1. Makan sahur, dan mengakhirkannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةٌ

“Makan sahurlah, karena dalam sahur ada keberkahan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

‘Amr bin Maimun berkata, “Para sahabat Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling segera dalam berbuka dan paling lambat dalam makan sahur.” (HR. Baihaqi dengan sanad shahih)

Habis waktu makan sahur adalah dengan terbitnya fajar shadiq (lihat surat Al Baqarah: 187), tidak dengan tibanya waktu yang biasa disebut “Imsak”, ini adalah diada-adakan dan bertentangan dengan syari’at

2. Menjaga diri dari perbuatan sia-sia dan berkata kotor, berkata dusta, bersikap bodoh dan berkata keras. Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ

“Puasa adalah perisai[1], maka jika kamu sedang berpuasa, janganlah berkata kotor dan berteriak-teriak. Jika ada yang memaki atau mengajak bertengkar katakanlah, “Saya sedang puasa.” Demi Allah yang nyawa Muhammad di Tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wangi kesturi. Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan; kegembiraan ketika berbuka dan ketika bertemu Tuhannya dengan puasanya itu.” (HR. Bukhari)

3. Bersikap dermawan. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ *

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Beliau sangat dermawan sekali di bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya. Jibril biasa menemuinya di setiap malam bulan Ramadhan lalu bertasarus Alquran dengan Beliau. Sungguh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat dermawan terhadap kebaikan melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari)

4. Shalat Tarawih.  Shalat tarawih lebih utama dilakukan bersama imam hingga selesai, karena akan dicatat untuknya seperti shalat semalam suntuk. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ

“Sesungguhnya orang yang melakukan qiyamul lail bersama imam hingga selesai, maka akan dicatat untuknya qiyamul lail semalam suntuk.” (HR. Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah, serta dishahihkan oleh pentahqiq Jaami’ul Ushuul 6/121)

5. Memperbanyak membaca Alquran, berdzikr, beristighfar dan berdoa.

6. Menyegerakan berbuka.

7. Berbuka dengan kurma berjumlah ganjil, jika tidak ada dengan air. Anas radhiyallahu ‘anhu berkata:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُفْطِرُ عَلَى رَطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ ، فَإِنْ لمَ ْتَكُنْ فَعَلَى تمَرََاتٍ ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ ، حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ

“Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka dengan kurma basah sebelum shalat. Jika tidak ada, maka Beliau berbuka dengan kurma kering. Jika tidak ada juga, maka Beliau berbuka dengan meneguk beberapa tegukan air.” (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Hakim dan dihasankan oleh Tirmidzi)

8. Berdoa ketika berbuka seperti dengan doa berikut:

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَ اْبتَلَّتِ اْلعُرُوْقُ وَ ثَبَتَ اْلاَ جْرُ اِنْ شَاء َاللهُ

“Telah hilang rasa haus, telah basah tenggorokan dan semoga pahala tetap didapat Insya Allah.” (HR. Abu Dawud 2/306 dan lain-lain, Shahihul Jami’ 4/209)

Doa ini dibaca setelah berbuka, jangan lupa ketika hendak makan membaca “Bismillah”, jika lupa ucaplah “Bismillah fii awwalihi wa aakhirih” (Sebagaimana dalam hadits riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi) dan makanlah dengan tangan kanan.

Jika kita berbuka di rumah orang lain dianjurkan mengucapkan,

أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُوْنَ، وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ اْلأَبْرَارُ، وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ

“Orang-orang yang berpuasa berbuka di dekatmu dan orang-orang yang baik makan makananmu, serta semoga malaikat mendoakan rahmat untukmu.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan An-Nasa’i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud)

9. Beri’tikaf. I’tikaf lebih utama dilakukan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Ia pun hendaknya mencari malam lailatul qadr dalam I’tikafnya di malam-malam yang ganjil[2]. Hendaknya orang yang beri’tikaf memanfa’atkan waktunya yang ada dengan sebaik-baiknya seperti memperbanyak dzikr, membaca Alquran, mengerjakan shalat-shalat sunnah dan amalan sunat lainnya serta memperbanyak tafakkur tentang keadaannya yang telah lalu, hari ini dan yang akan datang serta merenungi hakikat hidup di dunia dan kehidupan di akhirat kelak. Ia pun hendaknya menghindari perbuatan yang sia-sia seperti banyak bercanda, ngobrol dsb. Dan tidak mengapa bagi orang yang beri’tikaf keluar dari masjid jika terpaksa harus keluar (seperti buang air, makan dan minum jika tidak ada yang mengantarkan makan untuknya, pergi berobat, mandi dsb.) Aisyah berkata, “Sunnahnya bagi yang beri’tikaf adalah tidak menjenguk orang yang sakit, tidak menyentuh isteri, memeluknya, tidak keluar kecuali jika diperlukan, dan i’tikaf hanya bisa dilakukan dalam keadaan puasa, juga tidak dilakukan kecuali di masjid jaami’ (Masjid yang di sana dilakukan shalat  Jum’at dan jama’ah).”

lebih sempurna lagi bila dilakukan di salah satu dari tiga masjid yang memiliki keistimewaan dibanding masjid-masjid yang lain (Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsha).

I’tikaf menjadi batal jika seseorang keluar dari masjid tanpa suatu keperluan serta melakukan jima’.

Doa ketika mengetahui lailatul qadr adalah,

اَللّهُمَّ اِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اْلعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ

“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, maka maafkanlah aku.” (HR. Imam Ahmad dan Penyusun Kitab Sunan, kecuali Abu Dawud. At-Tirmidzi, ia berkata, “Hadits hasan shahih.”)

Waktu I’tikaf dimulai dari setelah shalat Subuh hari pertama dari sepuluh terakhir bulan Ramadhan dan berakhir sampai matahari tenggelam akhir bulan Ramadhan.

10. Berumrah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عُمْرَةٌ فِي رَمَضَانَ تَعْدِلُ عَمْرَةً أَوْ حَجَّةً مَعِيْ

“Berumrah di bulan Ramadhan seperti berumrah atau berhaji bersamaku.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mengisi hari-hari dengan amal shalih, seperti berbakti kepada orang tua, menyambung tali silaturrahim, mendidik anak, menjenguk orang yang sakit, melakukan amar ma’ruf-nahi munkar, mendamaikan orang yang bertengkar, menjaga lisan dan pandangan serta anggota badan lainnya agar tidak terjatuh ke dalam yang haram dan mengerjakan amal shalih lainnya.

Keutamaan Memberi Makan Orang yang Berbuka

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ فَطَّرَ صَائِماً كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئاً

“Barang siapa yang memberi makan untuk berbuka orang yang berpuasa, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa tanpa dikurangi sedikitpun.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi, Shahihul Jaami’ 6415)

Oleh: Marwan bin Musa

Artikel www.PengusahaMuslim.com

Referensi: Ramadhan fadhaa’il wa taujiihaat (Syaikh M. Ibrahim Al Hamd), Fiqhus Sunnah, Bughyatul mutathawwi’ (M. bin Umar Bazmuul), Riyaadhus Shaalihin (Imam Nawawi), Taubah fii Ramadhaan (Ibrahim Al Manshur) dll.


Artikel asli: https://pengusahamuslim.com/3449-menyambut-bulan-ramadhan-dengan-ilmu-1837.html